Cerpen ini dimuat di Majalah Gadis Edisi 7 April 2015 |
Livi selalu berharap, keajaiban akan datang tahun ini. Hampir setiap akhir tahun; ketika malam pergantian tahun; saat keluarga besar Papanya berkumpul dan berdoa bersama, doanya tidak pernah berubah: keajaiban akan datang untuk dia dan Papa. Doa Livi sendiri adalah: Mama akan berkumpul kembali dengannya dan Papa. Mereka akan kembali menjadi keluarga kecil yang utuh dan bahagia.
Sejak Mama memutuskan untuk berpisah dengan Papa dua tahun lalu, Livi merasa menjadi gadis tidak beruntung. Ia berubah jadi pendiam, tertutup dan membatasi diri. Ia cenderung tak percaya pada kebaikan dan perhatian orang lain padanya. Ia menjadi terbiasa untuk tidak percaya pada siapa pun. Keluarga yang tidak utuh serta kekecewaan pada orang terkasih yang merenggut kebahagiaan dan keceriaan masa remajanya, membuat Livi tidak percaya bahwa cinta itu menghangatkan seperti matahari setelah hujan; seperti yang sering Mama katakan padanya. Dulu. Tepatnya setelah sebuah keluarga yang harmonis, utuh dan penuh dengan cinta kasih terenggut dari kehidupannya. Saat gadis remaja seusianya perlu teman berbagi banyak hal dan sangat butuh perhatian serta kasih sayang dari seorang perempuan yang dipanggil mama.
Sejak Mama memutuskan untuk berpisah dengan Papa dua tahun lalu, Livi merasa menjadi gadis tidak beruntung. Ia berubah jadi pendiam, tertutup dan membatasi diri. Ia cenderung tak percaya pada kebaikan dan perhatian orang lain padanya. Ia menjadi terbiasa untuk tidak percaya pada siapa pun. Keluarga yang tidak utuh serta kekecewaan pada orang terkasih yang merenggut kebahagiaan dan keceriaan masa remajanya, membuat Livi tidak percaya bahwa cinta itu menghangatkan seperti matahari setelah hujan; seperti yang sering Mama katakan padanya. Dulu. Tepatnya setelah sebuah keluarga yang harmonis, utuh dan penuh dengan cinta kasih terenggut dari kehidupannya. Saat gadis remaja seusianya perlu teman berbagi banyak hal dan sangat butuh perhatian serta kasih sayang dari seorang perempuan yang dipanggil mama.
Sampai sekarang Livi masih belum mengerti: mengapa orang dewasa begitu egois? Baru setahun berpisah, Mama sudah menikah lagi dengan kekasih di masa SMA-nya dulu. Apa pun alasan Mama-Papa menikah–kata Mama karena dijodohkan orang tua– toh sudah ada dirinya sebagai buah cinta mereka. Setidaknya lima belas tahun bersama tentunya banyak kenangan dan momen manis yang terjadi. Tetapi, Mama lebih memilih meninggalkan dia dan Papa. Hanya untuk mengejar cinta masa mudanya.
--- alp ---