Selasa, 21 Juli 2015

When Marnie Was There (Review Film)


Diadaptasi dari cerita anak karya penulis asal Inggris Joan G. Robinson, film When Marnie Was There (Omoide no Marnie) adalah film produksi tahun 2014 dari Studio Ghibli. Skenarionya sendiri ditulis oleh sang sutradara, Hiromasa Yonebayashi bersama Keiko Niwa dan Masashi Ando.

When Marnie Was There adalah sebuah film keluarga yang mengangkat tema tentang kasih sayang dan persahabatan yang berbalut misteri. Seperti biasa, film-film animasi produksi Studio Ghibli selalu menampilkan gambar yang artistik dan memanjakan mata.

Film ini menceritakan tentang persahabatan Anna Sasaki (12 tahun, tinggal di Sapporo) dengan Marnie, gadis bule berambut pirang yang cantik dan periang. Ketika Anna dititipkan oleh ibu angkatnya (Yoriko Sasaki) pada keluarga Oiwa di sebuah desa untuk mengobati penyakit asmanya, Anna sering melihat gadis itu di sebuah rumah tua, di tepi rawa. Gadis yang ada dalam mimpinya. Menurut penduduk setempat, rumah itu sudah lama ditinggal penghuninya. Kabar yang beredar pun mengatakan bahwa rumah itu ada hantunya.

Sabtu, 18 Juli 2015

12 Angry Men (Review Film)

Sebagai film klasik yang menggunakan media film hitam putih, film ini sangat menarik untuk ditonton. Film 12 Angry Men adalah film drama Amerika Serikat yang diproduksi pada tahun 1957. Cerita dan skenario film ini ditulis oleh Reginald Rose dan disutradarai oleh Sidney Lumet.

Cerita pada film ini berlatar belakang dunia peradilan. Tepatnya sebuah film tentang persidangan yang menetapkan 12 juri terpilih (dipanggil melalui surat) untuk berembuk dan memutuskan bersalah atau tidaknya seorang anak muda 18 tahun yang dituduh membunuh ayahnya. Meskipun ada dua orang saksi kunci dan barang bukti yang memberatkan, ternyata tidak semudah itu menetapkan seseorang dinyatakan bersalah. Perlu suara bulat untuk memutuskan hasil akhirnya.

Setelah mengikuti jalannya persidangan selama enam hari, kedua belas juri ini berkumpul dalam sebuah ruangan (ruang juri) yang dikunci dari luar. Perdebatan dan konflik dimulai saat seorang juri #8 (Henry Fonda) memutuskan anak muda itu tak bersalah. Bukan mutlak tidak bersalah, tapi karena ada unsur keraguan dan perlu waktu untuk mengkajinya kembali.


Pernyataannya itu membuat juri lainnya tidak terima, bahkan ada beberapa juri yang berang. Alhasil, selama film berlangsung, ruangan itu dipenuhi dengan perdebatan dan adu argumen yang seru. Bayangkan, dua belas orang yang tidak saling mengenal, dengan latar belakang, profesi, karakter dan pemikiran berbeda, membuat ruang juri yang sudah panas semakin panas. Masing-masing mengungkapkan pendapatnya tentang keputusan yang mereka ambil. Detail-detail yang dianggap sepele dan tak terpikirkan pun dibicarakan. Dari barang bukti, waktu, latar belakang kedua saksi kunci serta tempat kejadian peristiwa.

Adegan saat juri #3 (Lee J. Cobb) tersulut emosinya 

Sebenarnya, 12 Angry Men adalah sebuah film drama dengan cerita yang sederhana. Namun, dengan didukung oleh kekuatan akting pemainnya, cerita dan skenario yang kuat dan dialog-dialog yang cerdas, menjadikan film ini sangat luar biasa. Jalan ceritanya mengalir dan mudah diikuti.

Banyak kejutan yang menarik dalam film ini. Kita akan melihat, bagaimana proses perubahan jumlah suara bisa terjadi. Perlahan, tetapi meyakinkan, juri #8 ini mengubah pandangan para juri lainnya. Sangat masuk akal dan benar-benar memikat! Wajar bila 12 Angry Men dipilih sebagai film yang harus dilestarikan di Amerika Serikat National Film Registry oleh Library of Congress sebagai "budaya, historis atau estetis signifikan".


Yang belum menonton film ini, buruan deh cari filmnya! Percaya deh, nggak cukup sekali menontonnya. Film ini benar-benar keren. Buat saya, ini film jadul pertama yang saya tonton dan suka, suka, suka! Ada satu adegan yang membuat saya kagum, saat hanya empat juri lagi yang tetap dengan keputusan bersalahnya. Namun, karena sesuatu yang dipakainya, seorang juri #4 (E.G. Marshall) akhirnya.... Tonton aja, deh! Pokoknya dijamin memuaskan.

Film ini pun mengingatkan kepada kita agar tidak terburu-buru dalam mengambil suatu keputusan sebelum mempertimbangkannya dari segala sudut pandang. Apalagi dalam hal ini, menyangkut nyawa seseorang yang harus mereka tentukan dalam waktu lima menit! (@analydiap07)