Senin, 13 Februari 2017

Si Mata Cokelat dan Siang Itu (Majalah Kawanku 23 November 2016)

Cerpen ini dimuat di Majalah Kawanku edisi 23 November 2016
Dari kerimbunan bugenvil ungu yang melindungiku, aku masih bisa melihatnya diam-diam. Mataku selalu enggan berkedip bila melihatnya. Ya, aku sangat merindukannya. Terlalu merindukannya. Jemima memang sosok terdekat dalam hidupku. Enam belas tahun menjadi bagian dari hari-harinya, sulit mengurai ikatan di antara kami.

Dulu, kami selalu berbagi bahu untuk bersandar di saat lelah dan bersedih. Aku dan Jemima tak akan pernah tahan bila tak saling berbicara. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk berbaikan bila kami bertengkar atau berselisih. Tidak ada yang memahami Jemima sebaik aku. Walaupun Jemima tidak mengatakan perasaannya padaku, aku selalu tahu. Apa pun suasana hatinya. Begitupun sebaliknya. Saat ini, betapa aku merindukan semua itu.

Seperti biasa, Jemima selalu larut dengan buku di hadapannya sehingga tidak menyadari kehadiranku. Mungkin juga jarak yang terurai di antara kami yang membuatnya. Ada yang lain dan baru kusadari sesaat tadi. Bukan komik yang ia baca, tapi novel. Hei, sejak kapan Mima suka Agatha Christie?! Novel favoritnya cuma Totto-chan karya Tetsuko Kuroyanagi. Karena itu pula dia ingin menjadi penulis cerita anak. Dadaku berdesir karenanya, seiring perasaan hangat yang membungkus hatiku. Dan, kubiarkan kenangan mengambil alih waktu; melemparku ke masa lalu.

--- alp ---

Sabtu, 04 Februari 2017

Tentang "Si Mata Cokelat dan Siang Itu"

Bulan Desember kemarin, saya baca di media sosial bahwa satu lagi majalah remaja harus menghentikan penerbitannya dalam bentuk cetak. Yang bikin saya agak kecewa, majalah itu ternyata Kawanku. Pasalnya, tanggal 30 Oktober tahun lalu, saya mengirim satu cerpen saya ke sana. Batin saya, waduh, belum sempat meninggalkan jejak tulisan di sana kok keburu tewas. Saat itu, saya berharap tulisan saya bisa dimuat, tapi juga pasrah karena tanggal 21 Desember 2016 adalah edisi terakhirnya. Setelah tanggal tersebut berlalu dan tak ada konfirmasi tulisan saya akan dimuat, ya sudahlah, saya tidak memikirkannya lagi.

Tanggal 4 Januari 2017, sebuah surel saya terima. Begitu tahu dari Kawanku, saya langsung teriak senang. Ternyata cerpen saya dimuat di sana. Kawanku meminta kelengkapan data untuk pengiriman honor. Ada enam alamat surel yang berbeda. Saya di urutan kelima. Kemungkinan–tebakan saya, lho–cerpen saya dimuat di edisi terakhir (edisi 26). Ternyata, saya salah (untung ada Mbak Triani Retno yang bisa saya tanyai, terima kasih, Mbak!). Rasanya, seneeeeeeng banget! Harapan saya untuk memenuhi sidebar blog dengan sampul majalah yang memuat tulisan saya terpenuhi (soalnya, saya enggak punya buku yang bisa dipajang, hiks #abaikan). Saya sudah berusaha mencari majalahnya ke Gramedia. Sayang, tidak berhasil. Sampai sekarang tidak tahu dimuat di edisi mana.