Selasa, 25 Juli 2017

Only Yesterday (Review Film)

Taeko Okajima (27 tahun) sejak kecil hingga dewasa tinggal di Tokyo dan bekerja pada sebuah perusahaan swasta. Untuk yang kedua kalinya, ia berencana menghabiskan liburannya di sebuah desa di Yamagata. Karena itu, Taeko mengambil cuti sepuluh hari. Taeko berencana memetik bunga safflower bersama keluarga yang ia datangi.

Sejak kecil, Taeko ingin sekali berlibur di luar kota seperti teman-teman sekolahnya yang lain. Sayang, ia tidak punya kerabat yang tinggal di desa. Di desa itu pula ia mengenal Toshio, seorang pemuda yang memilih berhenti sebagai pekerja kantor dan menjadi petani organik. Mereka kerap melewatkan waktu bersama dan menjadi dekat. Toshio yang lebih muda membuat Taeko merasa nyaman menceritakan masa kecilnya. Bahkan, nenek Toshio berharap Taeko mau tinggal di desa dan menikah dengan Toshio.

Selama perjalanan dalam kereta itulah ingatan Taeko terlempar kembali ke masa lalu. Kenangan akan masa kecilnya, saat ia berumur sepuluh tahun dan duduk di kelas lima. Kenangan masa kecil yang membekas dalam di ingatan Taeko. Kenangan tentang liburan Taeko di pemandian yang berakhir dengan tak sadarkan diri. Kesan pertama saat keluarga Okajima makan buah nanas. Kehebohan anak perempuan saat suster di sekolah menerangkan tentang menstruasi sehingga mereka beramai-ramai membeli celana dalam. Konyolnya, anak laki-laki yang mengetahui hal itu jadi usil dan berusaha menyingkap rok anak perempuan. Dan,  reaksi teman-teman Taeko saat Hirota–anak laki-laki dari kelas lain yang jago baseball–menyukai Taeko, mereka melarang Taeko menyemangati Hirota (ekspresi Hirota dan Taeko saat bertemu bikin saya senyum sendiri).

Perjalanan "Teman Seperjalanan"

"Teman Seperjalanan" adalah cerpen yang saya tulis empat tahun silam. Cerpen ini mendekam lama dalam penyimpanan cloud saya. Akhir tahun kemarin pernah saya edit sedikit karena ingin saya kirim ke majalah Kawanku. Sayang, belum sempat terlaksana sudah keburu berhenti (cetak).

Akhir Maret sampai awal April saya kirim ke majalah remaja lain. Sampai lima kali saya kirim, dijegal terus sama si Emon. Akhirnya, saya kirim deh ke Gogirl (kebetulan juga bulan itu "Sansevieria" dimuat di sana) setelah nama belakang karakter cowoknya saya ganti dengan nama seorang remaja yang video "Hip Hip Hura"-nya sedang viral di YouTube.

Sesuatu yang selalu saya harapkan bila akhirnya Teman Seperjalanan berhasil menembus redaksi Gogirl. Cerpen kedua saya di sana sepanjang tahun ini. Rasanya seneng banget karena sepanjang tahun ini waktu senggang saya tersita untuk nonton drakor (ups!😭😂). Alhasil, kegiatan menulis terabaikan.

Oya, penampakan cerita sesuai dengan aslinya. Bahkan, sampai tanda hubung pun tidak berubah (kayaknya Gogirl hanya meloloskan yang siap tayang deh).

Selamat membaca tulisan saya. Semoga bisa menginspirasi bagi banyak orang. Selamat berkarya juga. Yang mau baca, boleh klik ini atau ini.

Senin, 10 Juli 2017

Whisper of the Heart (Review Film)

Kali ini, Whisper of the Heart (Mimi wo Sumaseba) cerita manga karya Aoi Hiiragi yang diadaptasi oleh Hayao Miyazaki dan diangkat menjadi film. Film yang disutradarai oleh Yoshufumi Kondō ini rilis pada 15 Juli 1995.

Whisper of the Heart mengangkat tema tentang kegigihan sepasang remaja dalam meraih impian masa depan mereka. Tentang minat, bakat, serta bagaimana usaha mereka untuk mewujudkannya.

Adalah Shizuku Tsukishima (14 tahun), seorang gadis remaja kutu buku yang lebih memilih mengisi waktunya di perpustakaan dengan membaca buku. Sejak ia mendapati nama Seiji Amasawa dalam setiap buku yang ia pinjam, Shizuku menjadi penasaran dan menduga-duga, seperti apa sosok bernama Seiji Amasawa itu. Bahkan, mencari tahu kepada guru senior di sekolahnya.

Suatu hari, Shizuku dan Yuko Harada, sahabatnya di sekolah, janji bertemu di sekolah untuk membahas lagu "Country Road" yang Shizuku terjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Lagu itu akan mereka nyanyikan dalam acara kelulusan sekolah. Karena mengejar Yuko yang salah tingkah saat melihat kedatangan Sugimura, teman sekelas yang diam-diam ia sukai, buku berisi lembar terjemahan lirik lagu itu jatuh dan tertinggal di taman sekolah. Saat kembali lagi untuk mengambilnya, Shizuku mendapati seorang laki-laki sebayanya yang tengah membaca terjemahannya. Cowok itu sempat membuat Shizuku kesal karena telah mengolok-olok terjemahan lagunya. Bahkan, saat mereka berpapasan di sekolah pun anak laki-laki itu bersikap seolah tak mengenalnya.