Selasa, 04 Juni 2019

Selalu Ada Cinta untuk Sosok Bernama Kenangan


Ingatannya tentangmu perlahan memudar, lalu mati

Alzheimer adalah kata yang sempat membuatmu terpaku dan merasakan duniamu membeku sesaat. Meski semula kamu sempat menduga dan mencari tahu melalui internet serta bantuan Ly, gadis semata wayangmu, tak urung sesuatu menohok perasaanmu yang terdalam. Aliran dingin seakan menyergapmu seiring gigil yang menghadirkan wajah tirusnya berkelebat di depan matamu.

Sesungguhnya, kamu sudah menyimpan kecurigaan dan tanya itu saat mendapati dia pergi ke swalayan di seberang jalan dengan memakai sandal yang berbeda, bahkan tanpa rasa malu memakai pakaian yang bukan seleranya sama sekali. Mamadukan dua motif yang berbeda dan mengganggu mata yang melihatnya. Sosok yang selalu perfek dalam hal berbusana sejak zaman kuliah dulu, melakukan kesalahan yang fatal.

Tidak hanya itu saja, dia kerap kali lupa menaruh sesuatu tidak pada tempatnya. Menyimpan ponsel di kulkas, memasukkan garam pada teh manis yang ia buat untukmu. Selalu mengulang cerita yang sama dalam setiap percakapan kalian dan mulai tidak fokus dengan apa yang ia lakukan. Belum lagi emosinya yang berubah secara drastis. Semuanya begitu mengejutkan. Semuanya menyesakkan dadamu. Kamu ingin sekali menolak untuk percaya. Kamu menghela napas. Kenangan tentangnya selalu saja melemparmu ke masa lalu, sekaligus mengempasmu pada kerinduan tanpa tepi.

Kamu mengenal dia dalam sebuah komunitas di kotamu. Seseorang mengenalkannya padamu. Gadis dengan rambut sebahu dan sorot mata penuh pijar hidup. Sosok yang begitu mencintai dunia literasi dan film. Kamu sudah menyukainya saat pertama melihat pijar hidup di matanya, lalu kamu mulai tertarik saat terlibat percakapan dengannya dan berakhir dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya yang menautkan hati kalian berdua. Tentu saja tidak semudah itu kamu mendapatkan hatinya.

Dia terlalu memikat dengan kepribadiannya yang kuat dan cara dia menghadapi lelaki yang mengitari hari-harinya. Butuh perjuangan cukup berat untuk bisa mengikat dia ke hatimu, sampai kalian bersepakat untuk berbagi bahu, berbagi peluk. Membersamai hari depan berdua, meski akhirnya dia memutus secara sepihak. Toh, kamu tidak bisa menolak takdir itu.

Dia punya cara jitu untuk membuatmu jatuh cinta padanya. Jatuh cinta berkali-kali. Bila dia bertanya seberapa besar cintamu padanya, kamu akan meraih dia dalam pelukanmu dan mengecup lembut keningnya. Kamu hanya perlu melakukan ritual itu yang selalu mampu membuatnya senang. Tidak hanya dia, tetapi perasaanmu juga. Bagaimana bisa kamu melupakan seluruh tentangnya? Bila semua hal selalu mengingatkanmu pada sosoknya. Bagaimana bisa kamu melupakan dia, bila ke mana pun kamu melangkah selalu ada dirinya, bahkan mencium aroma khas tubuhnya yang menguar di setiap tarikan napasmu.

"Berapa besar kamu mencintaiku, Sayang?" 



"Kamu masih mempertanyakan hal ini setelah aku jatuh ke pelukanmu?"

"Aku pernah membaca bahwa setiap pasangan hanya memberikan 75 persen saja cintanya. Sisanya untuk wanita atau pria idaman lainnya."

"Hanya lelaki bodoh yang melakukan itu bila pasangan hidupnya sepertimu, Sayang."

Dia selalu tersenyum lembut mendengar jawabanmu yang berulang-ulang karena pertanyaannya yang sama pada setiap kesempatan.

Mencintainya adalah rutinitas yang membahagiakan untukmu. Menatapnya, menyadari kehadirannya, merasakan setiap bentuk perhatian yang dia berikan padamu juga buah hati kalian, bahkan menghidu aroma tubuhnya yang memenuhi seluruh ruang yang dia lewati adalah sensasi yang menenangkan bagimu. Betapa kamu merindukan semua itu. Selalu.

Kamu selalu punya keyakinan bahwa Tuhan itu baik. Dia selalu tahu apa yang terbaik baginya. Kali ini kamu begitu mengamininya. Kamu hanya mampu membatin dan memohon maaf untuk isi hatimu kali ini. Ada rasa yang membuatmu begitu sulit menerima kenyataan bahwa dia semakin sulit mengenalimu. Ingatannya tentangmu perlahan memudar, lalu mati.

Dia selalu menolak untuk kamu dekati. Baginya, cinta sejatinya adalah dirimu di awal perkenalan kalian dan menikah. Bukan dirimu yang mulai dihiasi kerut halus di wajahmu serta rambut yang mulai dihiasi kelabu. Kamu hanya orang asing baginya. Dia tidak mengenali Ly, gadis kecilnya dulu yang sudah beranjak dewasa dan akan segera dibawa pergi oleh pangeran berkuda putih yang kerap dia ceritakan sebelum tidur. Kenyataann pahit yang menyesakkan dadamu, memanaskan matamu, pun putrimu.

Empat tahun waktu yang cukup panjang yang menguras hati serta perasaanmu dan juga Ly. Pada stadium lanjut, begitu banyak perubahan yang terjadi. Kalian harus menyaksikan perempuan terkasih itu semakin rapuh, hanya bisa terbaring di tempat tidur. Bahkan, untuk menelan makanan pun begitu sulit sehingga mengakibatkan paru-parunya terinfeksi karena sesuatu yang terhirup ke dalam saluran pernapasannya. Perawatan intensif pun tidak membantunya membaik. Kamu hanya mencoba meyakini bahwa mungkin sudah waktunya.

Tubuh ringkihnya, wajah tirusnya, serta rambut kelabu berbaur putih yang selalu kamu sisiri dengan mata panas dan berkaca-kaca adalah ketidakberdayaanmu menyimpan semua cinta yang meruah untuknya. Untuk semua yang dia derita dan tanggung dalam hidupnya. Untuk banyak hari yang telah kalian bagi berdua.

Senja itu berkelebat di matamu. Saat kamu dan putrimu melepas kepergiannya. Tidak ada tangis memilukan yang berkepanjangan karena hari-hari kalian selama ini akrab dengan tangis dan kepedihan.

Tanpa sadar kamu menghela napas panjang. Sejujurnya, kamu berharap dia bisa bertahan sebentar saja. Setahun lagi, tepatnya tujuh bulan karena bulan depan Lovely akan menikah. Anehnya, membayangkan gadismu akan menikah kerap membuatmu semakin merasa murung dan terluka. Meskipun Ly tidak akan meninggalkanmu, tetapi perasaan kosong itu kerap menyergapmu, meninggalkan jejak dingin dan kuyup di hatimu.

Senja hampir tenggelam. Kamu masih terpaku menatap sendu pada rimbun daun mint yang memenuhi pot besar di sudut halaman belakang rumah. Kamu masih saja sulit untuk tidak mengingat separuh jiwamu ada di sampingmu setiap pagi dan sore, menikmati secangkir teh aroma melati yang dia siapkan untukmu dan secangkir teh beraroma mint untuk dirinya.

Selanjutnya, kamu akan mendapati bahumu terguncang dan kamu akan terisak tanpa malu. Kamu terlalu sulit untuk melupakan dia. Meski telah kamu coba bagaimana caranya untuk berhenti mengingat dia. Selalu ada cinta untuk sosok yang kamu sebut kenangan. Bahkan, terlampau banyak sehingga kamu tidak mampu menampungnya lagi.

Senja hampir tenggelam, kamu tidak pernah lelah menanti dia meraih jemarimu dan menempelkan pada pipinya sembari menatapmu lembut. Dia akan selalu berkata tanpa suara, "Aku mencintaimu, dulu, kini, dan nanti." Dalam waktu yang besamaan kamu merasakan dadamu sesak. Kamu melihat dia berjalan ke arahmu. Kamu terlalu terkesima. Seluruh udara seakan penuh dengan aroma mint.

Sudah waktunya, gumammu tanpa suara. Kamu hanya perlu meraih uluran tangannya. Sosok yang kamu kasihi tanpa tepi. Seperti janji yang pernah kalian sepakati bersama untuk melangkah berdua menuju senja.


Telah habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia 
Telah aku habiskan 
Sisa hidupku hanya untukmu 



Sumber gambar: Pixabay/StockSnap


Tidak ada komentar:

Posting Komentar