Minggu, 21 Juni 2015

Omelan yang Manis (Padang Ekspres 7 Juni 2015)

Padang Ekspres

Mei menggeliat dengan malas. Untuk kesekian kali ia menguap lebar-lebar. Matanya masih terasa berat untuk dibuka. Andai Bunda tidak membangunkannya.

Mei heran, sepertinya Bunda tidak suka melihat anaknya beristirahat dengan tenang dan nyaman. Sepagi ini, saat ayam jantan baru saja berkokok, Bunda selalu saja mengusiknya dengan celoteh panjang yang selalu berulang setiap pagi. Mirip petasan! Tidak terkecuali hari Minggu. Uh, kapan sih Bunda membiarkan anaknya menikmati tidur nyaman sampai siang?

"Bangun, Mei, jangan malas begitu, Nak! Nanti rejekimu dipatok ayam. Malu dong keduluan bangun sama ayam," Bunda menepuk pantatnya berkali-kali. Melihat Mei tidak bereaksi, Bunda menarik selimut Mei

Catatan Kecil "Omelan yang Manis"

Sejujurnya–buat saya yang baru belajar–menulis cerita anak tidak mudah. Karena saya sudah terbiasa  dengan cerpen remaja, alhasil, tidak cukup sekali saya harus mengedit cernak saya. Terutama untuk pemilihan kata yang sederhana dan bisa dimengerti anak-anak. Pemenggalan kalimat yang terlalu panjang pun saya lakukan. Saya juga berusaha untuk tidak boros dalam menggunakan kata ganti seperti "nya".

Omelan yang Manis adalah cernak kedua saya yang dimuat di media. Ceritanya umum dan sederhana sekali. Yang berhasil saya catat dari tulisan saya kali ini adalah: tak ada satu kata pun yang dibuang. Cuma, ada satu baris kalimat yang ditambah oleh editornya untuk melengkapi kalimat saya yang belum selesai. Sayangnya, penambahan kalimat itu rancu (mungkin juga editornya salah ketik). Selain itu, ada beberapa alinea yang diubah. Cernak yang saya pos di sini adalah cernak yang saya kirim. Untuk perbandingan, bisa baca di sini.

Harapan saya, ke depannya, bisa menulis cernak lebih baik lagi dan bisa lebih produktif. Amin. (@analydiap07)