Selasa, 10 Januari 2017

Kiki's Delivery Service (Review Film)

Satu lagi karya sutradara Hayao Miyazaki yang diadaptasi dari novel Majo no Takkyubin karya Eiko Kadono. Film yang diproduksi oleh Studio Ghibli ini rilis pada Juli 1989. Sampai sekarang, film animasi yang diproduksi lebih dari dua puluh tahun lalu ini masih tetap dicari dan ditonton penikmat film (termasuk saya ☺).

Kiki’s Delivery Service bercerita tentang seorang gadis penyihir bernama Kiki yang begitu bersemangat saat memutuskan meninggalkan rumah dan orang tuanya–sebulan lebih cepat dari yang telah direncanakan–untuk belajar hidup mandiri.

Sudah menjadi tradisi sejak lama–dalam keluarga penyihir–saat seorang gadis menginjak usia 13 tahun, wajib meninggalkan rumah dan orang tuanya. Dia harus mencari tempat tinggal baru dan menetap di sana serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan menggunakan sapu terbang tua pemberian ibunya, Kiki memulai perjalanannya. Bersama dengan Jiji, seekor kucing hitam yang dapat berbicara, Kiki tiba di sebuah kota bernama Koriko. Dengan bantuan Osono–seorang pemilik toko roti Gutiokipan–dan suaminya, Kiki memutuskan untuk menetap di sana dan memulai kehidupan barunya. Karena keahlian Kiki hanya terbang, Kiki memutuskan untuk membuka jasa pengiriman (kurir).

Pegiriman pertama yang ia lakukan ternyata tak berjalan dengan baik. Angin kencang membuat Kiki jatuh di sarang burung gagak. Kiki pun kehilangan boneka kucing hitam yang harus ia antarkan kepada seorang anak laki-laki bernama Ketto. Kawanan burung gagak itu pun marah dan menuduh Kiki akan mencuri telur mereka. Kiki berusaha menemukan boneka kucing hitam itu. Sementara Jiji menggantikan barang yang hilang itu dengan berpura-pura menjadi boneka kucing (ekspresi Jiji yang ketakutan melihat anjing milik Ketto, sukses bikin saya tersenyum). Ternyata, boneka itu ditemukan Ursula (seorang pelukis) di hutan dengan kondisi bagian kepalanya nyaris putus. Kiki dan Ursula membuat kesepakatan agar boneka itu kembali pada Kiki dengan utuh.


Saat Kiki sedang menjaga toko roti, Tombo, seorang anak laki-laki yang kagum dengan kemampuan terbang Kiki, mengundang Kiki ke pesta klub penerbangan. Meskipun Kiki tidak terlalu suka dengan Tombo (Kiki mengira Tombo anak nakal), tapi ia merasa senang dan berencana untuk menghadirinya. Sayang, rencana itu gagal karena terjadi sesuatu pada nenek yang memakai jasa pengiriman Kiki. Kehujanan, kecewa dan akhirnya demam. Osono membuatkan bubur dan memberinya obat. Setelah sembuh, Osono meminta Kiki mengantar roti ke suatu tempat. Ternyata, orang yang dituju adalah Tombo.

Hubungan Kiki dan Tomba membaik. Tombo mengajak Kiki melihat balon udara dengan menggunakan sepeda berbaling-baling. Tombo juga berusaha mengenalkan Kiki kepada teman-teman gadisnya. Namun, Kiki menolaknya dan memutuskan untuk pulang dengan raut kecewa dan marah. Hal yang tidak diduga pun terjadi, membuat Kiki semakin sedih dan terluka saat Kiki menyadari dirinya tak bisa berkomunikasi lagi dengan Jiji. Bahkan, kekuatan sihirnya mendadak hilang. Alhasil, Kiki tidak bisa terbang lagi. Berulang kali mencoba terbang tak berhasil sampai sapu terbang pemberian ibunya pun patah.


Suatu hari, Kiki kedatangan Ursula. Gadis itu sengaja mampir setelah usai berbelanja. Ursula mengajak Kiki berkunjung ke kediamannya saat melihat Kiki murung dan putus asa karena kehilangan kekuatan sihirnya. Ursula meminta Kiki menjadi model lukisannya.

Saat Kiki berada di rumah nenek yang pernah memakai jasa pengirimannya, Kiki melihat tayangan tentang balon udara yang terbang membawa Tombo berikut sebuah mobil polisi bergelantungan pada seutas tali. Angin kencang yang bertiup dari lautan dan badai membuat tali penahan balon udara itu terlepas. Seluruh warga kota menjadi panik. Kiki segera pamit dan berlari ke tempat kejadian.

Apa yang Kiki lakukan untuk menolong Tombo? Apakah Kiki akan memperoleh kekuatan sihirnya kembali? Bagaimana pula kelanjutan usaha jasa pengiriman Kiki? Banyak hal yang terjadi di akhir 
cerita. Tertarik? Silakan ditonton.

Majo no Takkyubin
Kiki's Delivery Service
Karakter yang saya suka di film ini adalah Jiji dan Lily. Sepasang kucing berbulu hitam dan putih yang saling menyukai. Saya suka dengan ekspresi Jiji saat pertama melihat Lily, saat terpesona pada Lily, saat mendengar suara merdu Lily. Kisah Jiji dan Lily berakhir dengan manis.♡♡♡

Novel ini telah diterbitkan dalam beberapa bahasa. Karena kepopuleran novel ini pula yang membuat Hayao Miyazaki mengangkatnya menjadi sebuah film animasi. Sebuah cerita yang sederhana. Percayalah, bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Jangan mudah menyerah. Untuk menjadi lebih baik, ada proses yang harus dilalui. Meskipun karakter utama pada  film ini seorang penyihir, tetapi tidak ada hal-hal berbau magis; tak ada mantra-mantra atau kehidupan dunia gaib seperti Spirited Away dan Howl's Moving Castle. (@analydiap07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar